Pemain film 99 Cahaya di Langit Eropa
Berawal dari Vienna (Austria), Hanum
(Acha Septriasa) dan Rangga (Abimana Aryasatya) memulai kisahnya.
Rangga yang saat itu menempuh kuliah doktor di WU Vienna dan Hanum yang
dulunya bekerja di bidang jurnalistik mendampingi sang suami selama di
Eropa. Mereka sangat sulit hidup di Eropa apalagi dengan status mereka
sebagai muslim. Rangga kesulitan mencari makanan yang halal dan
kesulitan mencari tempat sholat di kampusnya. Sedangkan Hanum mengalami
kesulitan mencari pekerjaan karena kurang fasih berbahasa Jerman.
Hanum menemukan harapannya setelah
melihat sebuah poster kursus berbahasa Jerman gratis. Saat mengikuti
kursus tersebut, Hanum bertemu dengan Fatma (Raline Shah), seorang
muslimah Turki yang berkerudung. Mereka pun akhirnya bersahabat. Fatma
mengajak Hanum ke sekolah anaknya, Ayse (Geccha Tavvara). Di sana Hanum
bertemu dengan Ayse. Ayse sempat bertanya kepada Fatma “Tante Hanum muslim ya? Tapi kok Tante Hanum tidak berkerudung seperti kita?” Menurut Saya pertanyaan seorang bocah seperti Ayse cukup menusuk apalagi untuk Hanum. Namun, Fatma dengan cerdasnya berkilah “Tante Hanum sakit kepala, jadi dia tidak berkerudung?” Lalu Hanum menjawab “Iya, tante sakit kepala”. Ayse pun berceloteh lagi “Kalau sakit kepala hilang, janjinya ya Tante Hanum pake kerudung?”
Adegan ini sangat menarik bagi Saya. Secara tidak langsung, film ini
memberikan pesan kepada penontonnya tentang urgensi berkerudung (hijab).
Menurut Saya adegan ini tidak menggurui karena diucapkan secara spontan
oleh bocah kecil.
Sebenarnya, Ayse sering di-bully teman-temannya terutama Leon di sekolah. Kerudung adalah penyebab utamanya. Karena terlalu sering di-bully, Guru Ayse sempat membujuk Ayse untuk membuka kerudungnya. Namun, Ayse tetap tidak mau membuka kerudungnya.
Hanum, Fatma, dan Ayse makan di
sebuah cafe. Ada kejadian menarik di sini. Hanum bercerita tentang
masalahnya yang berat selama di Vienna. Ayse bercelutuk dengan polosnya.
Menurut Saya, celutukan Ayse sederhana tapi maknanya sangat dalam.
“Hei masalah besar, aku punya Allah yang lebih besar” (Ayse)
Tatkala di cafe tersebut, Fatma
bercerita tentang asal mula cappuccino. Ternyata Cappucino tersebut
berasal dari negara Turki. Tak lama setelah menceritakan cappuccino,
Hanum menguping di balik pintu tempat duduknya. Saat itu, dua pria bule
berceloteh saat makan roti Croissant. Si bule bercerita kepada temannya
bahwa roti Croissant bentuknya seperti bendera Turki. Berdasarkan
sejarahnya, pasukan Eropa pernah mengalahkan pasukan Muslim Turki.
Karena masyarakat Eropa masih dendam dengan masyarakat Turki, maka
masyarakat Eropa membuat roti Croissant berbentuk bulan sabit untuk
dimakan bukan untuk dihormati.
Hanum langsung naik pitam mendengar
percakapan bule tersebut. Dia melarang Fatma dan Ayse memakan roti
Croissant. Namun, Fatma malah memanggil pelayan untuk membayar kedua
bule dan menulis sepucuk surat untuk kedua bule tersebut. Menariknya
adalah di akhir tulisannya Fatma menulis sesuatu yang membuat Hanum
terkesan.
“Saya agen muslim dan sebagai muslim ingin membawa kedamaian” (Fatma)
Pada adegan Rangga, penonton
ditunjukkan tentang lika-liku kehidupan kampus dengan mahasiswa muslim
minoritas. Rangga memiliki teman bernama Stefan (Nino Fernandez),
seorang penganut atheis yang memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap
Islam. Stefen sering bertanya kepada Rangga tentang Tuhan, sholat dan
puasa. Stefen pernah bertanya kepada Rangga “kenapa sih Tuhan kamu suka menyiksa umatnya?”, “memang tujuan puasa itu apa?”, “bagaimana kalau ternyata Tuhan kamu tidak ada?”
Semua pertanyaan Stefen tersebut dapat dijawab Rangga dengan baik.
Rangga menjawab dengan menganalogikan premi asuransi. Setiap nasabah
asuransi harus membayar kewajiban berupa premi asuransi setiap waktunya.
Demikian juga, dengan seorang muslim harus membayar kewajibannya dengan
tunduk kepada Allah (berupa puasa dan sholat).
Rangga juga mempunyai seorang teman
muslim asal Pakistan yang bernama Khan (Alex Abbad). Bersama Khan,
Rangga merasa tidak sendiri sebagai seorang Muslim. Khan pernah memberi
bekal makanan yang halal kepada Rangga. Rangga sangat senang
menerimanya. Namun, kehidupan kampus Rangga dan Khan sangat sulit.
Kampus Rangga dan Khan tidak memiliki sebuah musholla yang layak. Mereka
pun harus sholat di ruangan ibadah yang bercampur dengan agama lain
(Konghucu, Buddha, Kristen). Khan bahkan ragu dengan sholatnya apakah
diterima Allah atau tidak? Hal yang paling bergejolak pada Rangga dan
Khan adalah saat akan mengikuti jadwal ujian yang bentrok dengan sholat
Jumat. Tak terima dengan keputusan profesor yang membuat jadwal bentrok
dengan sholat jumat, Rangga mengajak Khan menemui profesor tersebut.
Sayangnya Khan berkata “Maaf kawan, untuk agama, saya tidak ada toleransi. Untuk masalah ini, kamu sendirian”.
Rangga pun menemui Profesor yang mempromosikan beasiswanya. Rangga
tidak berhasil mendapatkan dispensasi dari Profesor tersebut. Apalagi
profesornya sempat bercelutuk untuk tidak meluluskannya terhadap mata
kuliah tersebut. Rangga pun pasrah saat profesor berkata "Mr.
Almahendra, saya pernah mendengar kalimat bismillahirrahmanirrahim yang
artinya dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. So, what's the big deal?" Dengan berat hati, Rangga
meninggalkan ruangan profesor. Hati Rangga masih bergejolak sampai ujian
dilaksanakan. Khan memutuskan tidak mengikuti ujian dan langsung sholat
jum’at ke Masjid. Awalnya Rangga juga memutuskan hal yang sama dengan
Khan. Namun, setiba di masjid, Rangga kembali ke kampus dan mengikuti
ujian.
Selain Stefen dan Khan, Rangga
mempunyai seorang teman perempuan yang bernama Maarja (Marissa
Nasution). Sebenarnya Maarja sangat tertarik dengan Rangga. Dia tidak
memperdulikan bahwa Rangga sudah mempunyai istri. Namun, Maarja selalu
menggoda Rangga.
Saat di rumah, Hanum mempersiapkan
makan malam untuk Rangga. Hanum membuat ikan asin. Karena bau ikan asin
yang menyengat, tetangga rumah Hanum sampai menggedor pintu rumah Hanum.
Hanum dilarang memasak makanan yang dapat mengganggu penciuman tetangga
lain. Hanum kesal dengan tingkah laku tetangganya. Setelah adegan
tersebut, Rangga pun datang. Rangga berusaha merayu Hanum yang sedang
kesal dengan tetangganya. Saat makan, Hanum dan Rangga menceritakan
kisahnya masing-masing. Hanum bercerita tentang kerudung yang dipakai
Fatma dan Ayse. Rangga pun berkata “Tapi, kamu cantik loh pakai kerudung”.
Pernyataan Rangga mengandung pesan dari film ini yaitu urgensi
berkerudung. Sejujurnya, Saya iri dengan kemesraan Rangga dan Hanum di
film ini. Rangga selalu sabar menghadapi Hanum. Sering pula mereka
mengumbar kemesraan yang membuat penonton gigit jari.
Saat di rumah, Hanum menunjukkan
kelembutannya sebagai seorang muslim. Hanum membalas tetangga yang
mengomeli makanan ikan asinnya dengan membuat mie goreng ikan asin. Mie
goreng ikan asin tersebut sangat dinikmati oleh tetangganya. Sehingga,
tetangganya ketagihan dan ingin dibuatkan ikan asin lagi oleh Hanum
Suatu kali, Rangga harus menghadiri
seminar yang diadakan di Paris. Hanum pun diajak Rangga ke Paris. Hanum
sangat senang. Saat di Paris, Hanum bertemu dengan teman Fatma yang
bernama Marion Latimer (Dewi Sandra). Marion adalah seorang muallaf yang
merupakan ahli sejarah di Paris. Bersama Marion, Hanum diajak
mengelilingi kota Paris. Hanum diajak ke Menara Eiffel yang merupan icon
kota Paris. Marion juga mengajak Hanum ke Museum Louvre. Dalam Museum
tersebut terdapat beragam foto dan lukisan diantaranya adalah lukisan
Monalisa dan lukisan Bunda Maria berkerudung. Hal yang menarik pada
lukisan Bunda Maria adalah terdapat kaligrafi yang dilihat bertuliskan
La ilaha illallah. Objek yang dikunjungi Hanum dan Marion berikutnya
adalah Monumen Arc de Triomphe. Monumen Arc de Triomphe memiliki patung
Napolleon Bonaparte.
"Monumen Arc de Triomphe memiliki garis lurus imajiner (Axe Historique)
yang tepat membelah kota Paris. Jika garis tersebut ditarik lurus
sampai ke timur, maka garis tersebut tepat mengarah ke Ka’bah, Mekkah"
Usai acara seminar Rangga di Paris,
Hanum berjalan-jalan dengan Rangga ke Menara Eiffel. Di atas Menara
Eiffel, Rangga mengumandangkan adzan. Bergetar hati Saya saat Rangga
mengumandangkan adzan. Usai jalan-jalan, Hanum pun pamit kepada Marion.
Sebelum balik ke Austria, Marion menitip barang kepada Hanum. Barang
tersebut merupakan titipan Fatma.
Setiba di Vienna, Hanum mencari
Fatma dan Ayse. Namun, Hanum tidak menemukan mereka. Hanum dan Rangga
juga membuka titipan dari Marion. Mereka kaget dengan titipan Marion
karena titipan tersebut merupakan obat kanker. Dalam titipan tersebut,
Marion juga menyisipkan sebuah surat yang berisi bahwa obat tersebut
untuk Ayse. Hanum pun kaget karena Ayse menderita kanker. Adegan ini
sempat membuat mata Saya berkaca-kaca. Saya kasihan dengan Ayse yang
masih kecil tapi mengidap kanker.