This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 20 April 2016

Kisah film 99 Cahaya di Langit Eropa

Pemain film 99 Cahaya di Langit Eropa


Berawal dari Vienna (Austria), Hanum (Acha Septriasa) dan Rangga (Abimana Aryasatya) memulai kisahnya. Rangga yang saat itu menempuh kuliah doktor di WU Vienna dan Hanum yang dulunya bekerja di bidang jurnalistik mendampingi sang suami selama di Eropa. Mereka sangat sulit hidup di Eropa apalagi dengan status mereka sebagai muslim. Rangga kesulitan mencari makanan yang halal dan kesulitan mencari tempat sholat di kampusnya. Sedangkan Hanum mengalami kesulitan mencari pekerjaan karena kurang fasih berbahasa Jerman.

Hanum menemukan harapannya setelah melihat sebuah poster kursus berbahasa Jerman gratis. Saat mengikuti kursus tersebut, Hanum bertemu dengan Fatma (Raline Shah), seorang muslimah Turki yang berkerudung. Mereka pun akhirnya bersahabat. Fatma mengajak Hanum ke sekolah anaknya, Ayse (Geccha Tavvara). Di sana Hanum bertemu dengan Ayse. Ayse sempat bertanya kepada Fatma “Tante Hanum muslim ya? Tapi kok Tante Hanum tidak berkerudung seperti kita?” Menurut Saya pertanyaan seorang bocah seperti Ayse cukup menusuk apalagi untuk Hanum. Namun, Fatma dengan cerdasnya berkilah “Tante Hanum sakit kepala, jadi dia tidak berkerudung?” Lalu Hanum menjawab “Iya, tante sakit kepala”. Ayse pun berceloteh lagi “Kalau sakit kepala hilang, janjinya ya Tante Hanum pake kerudung?” Adegan ini sangat menarik bagi Saya. Secara tidak langsung, film ini memberikan pesan kepada penontonnya tentang urgensi berkerudung (hijab). Menurut Saya adegan ini tidak menggurui karena diucapkan secara spontan oleh bocah kecil. 

Sebenarnya, Ayse sering di-bully teman-temannya terutama Leon di sekolah. Kerudung adalah penyebab utamanya. Karena terlalu sering di-bully, Guru Ayse sempat membujuk Ayse untuk membuka kerudungnya. Namun, Ayse tetap tidak mau membuka kerudungnya.

Hanum, Fatma, dan Ayse makan di sebuah cafe. Ada kejadian menarik di sini. Hanum bercerita tentang masalahnya yang berat selama di Vienna. Ayse bercelutuk dengan polosnya. Menurut Saya, celutukan Ayse sederhana tapi maknanya sangat dalam.

“Hei masalah besar, aku punya Allah yang lebih besar” (Ayse)

Tatkala di cafe tersebut, Fatma bercerita tentang asal mula cappuccino. Ternyata Cappucino tersebut berasal dari negara Turki. Tak lama setelah menceritakan cappuccino, Hanum menguping di balik pintu tempat duduknya. Saat itu, dua pria bule berceloteh saat makan roti Croissant. Si bule bercerita kepada temannya bahwa roti Croissant bentuknya seperti bendera Turki. Berdasarkan sejarahnya, pasukan Eropa pernah mengalahkan pasukan Muslim Turki. Karena masyarakat Eropa masih dendam dengan masyarakat Turki, maka masyarakat Eropa membuat roti Croissant berbentuk bulan sabit untuk dimakan bukan untuk dihormati.

Hanum langsung naik pitam mendengar percakapan bule tersebut. Dia melarang Fatma dan Ayse memakan roti Croissant. Namun, Fatma malah memanggil pelayan untuk membayar kedua bule dan menulis sepucuk surat untuk kedua bule tersebut. Menariknya adalah di akhir tulisannya Fatma menulis sesuatu yang membuat Hanum terkesan.

“Saya agen muslim dan sebagai muslim ingin membawa kedamaian” (Fatma)


Pada adegan Rangga, penonton ditunjukkan tentang lika-liku kehidupan kampus dengan mahasiswa muslim minoritas. Rangga memiliki teman bernama Stefan (Nino Fernandez), seorang penganut atheis yang memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap Islam. Stefen sering bertanya kepada Rangga tentang Tuhan, sholat dan puasa. Stefen pernah bertanya kepada Rangga “kenapa sih Tuhan kamu suka menyiksa umatnya?”, “memang tujuan puasa itu apa?”, “bagaimana kalau ternyata Tuhan kamu tidak ada?” Semua pertanyaan Stefen tersebut dapat dijawab Rangga dengan baik. Rangga menjawab dengan menganalogikan premi asuransi. Setiap nasabah asuransi harus membayar kewajiban berupa premi asuransi setiap waktunya. Demikian juga, dengan seorang muslim harus membayar kewajibannya dengan tunduk kepada Allah (berupa puasa dan sholat).

Rangga juga mempunyai seorang teman muslim asal Pakistan yang bernama Khan (Alex Abbad). Bersama Khan, Rangga merasa tidak sendiri sebagai seorang Muslim. Khan pernah memberi bekal makanan yang halal kepada Rangga. Rangga sangat senang menerimanya. Namun, kehidupan kampus Rangga dan Khan sangat sulit. Kampus Rangga dan Khan tidak memiliki sebuah musholla yang layak. Mereka pun harus sholat di ruangan ibadah yang bercampur dengan agama lain (Konghucu, Buddha, Kristen). Khan bahkan ragu dengan sholatnya apakah diterima Allah atau tidak? Hal yang paling bergejolak pada Rangga dan Khan adalah saat akan mengikuti jadwal ujian yang bentrok dengan sholat Jumat. Tak terima dengan keputusan profesor yang membuat jadwal bentrok dengan sholat jumat, Rangga mengajak Khan menemui profesor tersebut. Sayangnya Khan berkata “Maaf kawan, untuk agama, saya tidak ada toleransi. Untuk masalah ini, kamu sendirian”. Rangga pun menemui Profesor yang mempromosikan beasiswanya. Rangga tidak berhasil mendapatkan dispensasi dari Profesor tersebut. Apalagi profesornya sempat bercelutuk untuk tidak meluluskannya terhadap mata kuliah tersebut. Rangga pun pasrah saat profesor berkata "Mr. Almahendra, saya pernah mendengar kalimat bismillahirrahmanirrahim yang artinya dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. So, what's the big deal?" Dengan berat hati, Rangga meninggalkan ruangan profesor. Hati Rangga masih bergejolak sampai ujian dilaksanakan. Khan memutuskan tidak mengikuti ujian dan langsung sholat jum’at ke Masjid. Awalnya Rangga juga memutuskan hal yang sama dengan Khan. Namun, setiba di masjid, Rangga kembali ke kampus dan mengikuti ujian.

Selain Stefen dan Khan, Rangga mempunyai seorang teman perempuan yang bernama Maarja (Marissa Nasution). Sebenarnya Maarja sangat tertarik dengan Rangga. Dia tidak memperdulikan bahwa Rangga sudah mempunyai istri. Namun, Maarja selalu menggoda Rangga.

Saat di rumah, Hanum mempersiapkan makan malam untuk Rangga. Hanum membuat ikan asin. Karena bau ikan asin yang menyengat, tetangga rumah Hanum sampai menggedor pintu rumah Hanum. Hanum dilarang memasak makanan yang dapat mengganggu penciuman tetangga lain. Hanum kesal dengan tingkah laku tetangganya. Setelah adegan tersebut, Rangga pun datang. Rangga berusaha merayu Hanum yang sedang kesal dengan tetangganya. Saat makan, Hanum dan Rangga menceritakan kisahnya masing-masing. Hanum bercerita tentang kerudung yang dipakai Fatma dan Ayse. Rangga pun berkata “Tapi, kamu cantik loh pakai kerudung”. Pernyataan Rangga mengandung pesan dari film ini yaitu urgensi berkerudung. Sejujurnya, Saya iri dengan kemesraan Rangga dan Hanum di film ini. Rangga selalu sabar menghadapi Hanum. Sering pula mereka mengumbar kemesraan yang membuat penonton gigit jari. 

Saat di rumah, Hanum menunjukkan kelembutannya sebagai seorang muslim. Hanum membalas tetangga yang mengomeli makanan ikan asinnya dengan membuat mie goreng ikan asin. Mie goreng ikan asin tersebut sangat dinikmati oleh tetangganya. Sehingga, tetangganya ketagihan dan ingin dibuatkan ikan asin lagi oleh Hanum
Suatu kali, Rangga harus menghadiri seminar yang diadakan di Paris. Hanum pun diajak Rangga ke Paris. Hanum sangat senang. Saat di Paris, Hanum bertemu dengan teman Fatma yang bernama Marion Latimer (Dewi Sandra). Marion adalah seorang muallaf yang merupakan ahli sejarah di Paris. Bersama Marion, Hanum diajak mengelilingi kota Paris. Hanum diajak ke Menara Eiffel yang merupan icon kota Paris. Marion juga mengajak Hanum ke Museum Louvre. Dalam Museum tersebut terdapat beragam foto dan lukisan diantaranya adalah lukisan Monalisa dan lukisan Bunda Maria berkerudung. Hal yang menarik pada lukisan Bunda Maria adalah terdapat kaligrafi yang dilihat bertuliskan La ilaha illallah. Objek yang dikunjungi Hanum dan Marion berikutnya adalah Monumen Arc de Triomphe. Monumen Arc de Triomphe memiliki patung Napolleon Bonaparte. 
"Monumen Arc de Triomphe memiliki garis lurus imajiner (Axe Historique) yang tepat membelah kota Paris. Jika garis tersebut ditarik lurus sampai ke timur, maka garis tersebut tepat mengarah ke Ka’bah, Mekkah"

Usai acara seminar Rangga di Paris, Hanum berjalan-jalan dengan Rangga ke Menara Eiffel. Di atas Menara Eiffel, Rangga mengumandangkan adzan. Bergetar hati Saya saat Rangga mengumandangkan adzan. Usai jalan-jalan, Hanum pun pamit kepada Marion. Sebelum balik ke Austria, Marion menitip barang kepada Hanum. Barang tersebut merupakan titipan Fatma. 

Setiba di Vienna, Hanum mencari Fatma dan Ayse. Namun, Hanum tidak menemukan mereka. Hanum dan Rangga juga membuka titipan dari Marion. Mereka kaget dengan titipan Marion karena titipan tersebut merupakan obat kanker. Dalam titipan tersebut, Marion juga menyisipkan sebuah surat yang berisi bahwa obat tersebut untuk Ayse. Hanum pun kaget karena Ayse menderita kanker. Adegan ini sempat membuat mata Saya berkaca-kaca. Saya kasihan dengan Ayse yang masih kecil tapi mengidap kanker.



Selasa, 19 April 2016

Pengukur tinggi badan

Latar Belakang Masalah

Alat ukur merupakan suatu alat yang dapat digunakan oleh manusia untuk

membantu dalam proses penentuan parameter. Terdapat berbagai macam alat ukur

yang telah ada saat ini. Salah satu alat ukur tersebut ialah alat ukur tinggi untuk

mengukur ketinggian suatu objek. Kebanyakan alat ukur tinggi yang digunakan

saat ini ialah alat ukur tinggi analog.

Alat ukur tinggi badan yang biasa digunakan untuk mengukur tinggi badan

ialah dengan menggunakan alat ukur tinggi analog yang penggunaannya secara

manual, yaitu dengan membaca tinggi terukur yang tertera di dinding. Seseorang

yang akan diukur tinggi badannya memerlukan bantuan orang lain dalam

melakukan pengukuran. Hal ini memungkinkan terjadinya kesalahan pengukuran

karena faktor kesalahan manusia.

Dengan kemajuan teknologi di bidang elektronika, maka pada saat ini dunia

elektronika memanfaatkan sistem yang berbasis mikrokontroler. Sistem yang

berbasis mikrokontroler telah dinilai sebagai suatu alternatif lain yang memiliki

kemampuan yang diperlukan oleh suatu sistem yang rumit. Sehingga sistem yang

berbasis mikrokontroler merupakan sistem yang mempunyai efisiensi dan

efektivitas yang tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan, puskesmas, sekolah-sekolah,

sampai wahana permainan masih menggunakan alat ukur tinggi badan manual.

Menurut hasil wawancara dengan petugas yang berada dibidangnya, alat ukur ini

cara kerjanya masih bersifat konvensional yang dioperatori oleh satu petugas saja.

Sistem yang dipakai secara konvensional mempunyai kelemahan diantaranya

sering menaikkan dan menurunkan tuas pengukur, karena tinggi badan orang tidak

sama, selain itu petugasnya hanya satu orang. Dari kejadian tersebut

menyebabkan tersitanya waktu untuk mendiagnosa tinngi badan. Selanjutnya

ketika mengukur tinggi badan masih menurunkan dan menaikkan tuas pengukur,

pelayanan menjadi terhambat dan dampaknya tentu saja pada antrian yang begitu

panjang. Permasalahan ini ada dan berlanjut dari tahun ke tahun selama masih

menggunakan alat dengan cara konvensional.

Berdasarkan latar belakang diatas, dalam penulisan ilmiah ini dirancang

sebuah alat ”Pengukur Tinggi Badan Digital Menggunakan Sensor Ultrasonik

HC-SR04 Berbasis Arduino Uno”. Tinggi yang terukur dapat dilihat hasilnya

melalui layar LCD. Pengukur tinggi badan ini diharapkan akan mengurangi

kesalahan pengukuran dan dapat memudahkan untuk mengetahui tinggi badan

seseorang.